.fb_like_box { -moz-border-radius:5px 5px 5px 5px; border-radius:10px; background:#f5f5f5; border:1px dotted #ddd; margin-bottom:10px; padding:10px; width:500px; height:20px; }

Selasa, 12 Maret 2013

NUGEL ume


NUGAL UME
(menanam padi diladang)
Setiap tahun sekali pada musim panas di desa yang pada umumnya berladang (menugal ume), kalo di jawa bersawah. Walaupun sebernya di desa juga sudah mulai bersawah, semenjak adanya orang-orang jawa mulai migrasi kepulau bangka belitung.
Karena tahun-ketahun cuaca mulai tidak pasti dan banyak sekali tanda-tanda perubahan terutama di desa kundi kecamatan simpang teritip kabupaten Bangka Barat, Provinsi kepulauan Bangka Belitung yang dulu semenjak saya masih kecil setiap tahun-tahunnya itu pasti ada musim-musim tertentu seperti musim buah durian, rambutan, jeruk, mangga, dan lain—lain. Tapi untuk beberapa tahun ini salah satu nya adalah jeruk dan rambutan sudah mulai tidak berbuah lagi kalo ditempat saya desa kundi, entah ini mungkin inilah salah satu perubahan yang terlihat sekali, kalo dulu masyarakat desa berbondong-bondong dari kecamatan mencari buah jeruk ke—kebun bapak saya. . . . hehe!! Malah cerita kebun bapak saya. . . .
Kembali lagi keladang menugal ume yang dulu masyarakat desa ini berbondong-bondong untuk menugal ume (menanam padi di ladang), jauh dari desa bahkan sampai membuat rumah tingal sementara di tengah—tengah ladang, sekarang tidak seperti itu lagi mungkin hampir—hampir sudah tidak ada lagi hanya ada beberapa bagian keluarga saja, yang masih menanam padi di ladang itu mungkin ditingalkan karena sudah diagab kuno sebagian orang berpikir instan tingal beli saja beras . . .. mungkin juga kemalasan dari akibat kemajuan teknologi ke desa sehingga anak—anak muda desa dan orang tua sudah sangat—sangat sulit mengajak anak—anak mereka untuk bekerja seperti nugal ume (berladang), karena diagab tidak modern lagi, semuanya ingin serba instan. Seperti anak—anak desa dan orang tua mungkin  sedikit terkejut dengan kedatangan teknologi kedesa sehingga semuanya berubah sangat cepat dan drastis, mustinya pemerintahan memasukkan teknologi ke-desa diiringi juga dengan pembekalan-pembekalan untuk putra dan putri desa sehingga tidak berubahnya sifat dan prilaku untuk menghargai dan menghormati yang lebih tua.
Ini ada beberapa buah poto yang sempat saya abadikan dengan kamera poket punya teman saya bang budun . . .

Terlihat dari kanan berpakaian kebiru-biruan bang budun memakai topi koboi (koboi insyaf kali hehe!!), yang paling depan ini Dono ehh!! Salah Doni maksud saya pakaian agak gelap topinya TERINDAK dalam bahasa jerieng desa kundi dan yang paling belakang itu Vian.
Selanjutnya . .. . ..


Nah!! Ini saya yang lagi gaya—gayaan kayak patung Sukarno di kota mentok haha— maaf ya potonya gak ganteng soalnya tadi saya buru—buru gak sempat dandan hhe!! kayak cewek aja kali yaa..... atau mau jadi artis poto model apa.
Gak kog cuma poto model untuk menunggu padi aja nanti kalo dia sudah mengurai (mengurai itu sudah mengeluarkan buah) agar aman dari burung—burung terutama emprit . . .


Vian lagi memenih padi, adalah memasukan biji—biji padi kelobang yang sudah di tugal, di buat lobang sekitar 5cm kedalamannya kalo di ukur dengan jari telunjuk setengahnya jari telunjuk orang dewasa di Asia (desa kundi). Ladang itu harus melalui beberapa proses pertama kayu—kayu itu ditebang dulu kemudian tentukan luasnya berapa! Dan kemudian di bakar habis itu langsung dech!! rame—rame menugal benih padinya.

Ceritanya sampai disini dulu ya .. .
Terimakasih sudah singah . ..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar