NUGAL UME
(menanam padi diladang)
Setiap tahun sekali pada musim panas di desa yang pada
umumnya berladang (menugal ume), kalo di jawa bersawah. Walaupun sebernya di desa
juga sudah mulai bersawah, semenjak adanya orang-orang jawa mulai migrasi
kepulau bangka belitung.
Karena tahun-ketahun cuaca mulai tidak pasti dan banyak
sekali tanda-tanda perubahan terutama di desa kundi kecamatan simpang teritip
kabupaten Bangka Barat, Provinsi kepulauan Bangka Belitung yang dulu semenjak
saya masih kecil setiap tahun-tahunnya itu pasti ada musim-musim tertentu
seperti musim buah durian, rambutan, jeruk, mangga, dan lain—lain. Tapi untuk
beberapa tahun ini salah satu nya adalah jeruk dan rambutan sudah mulai tidak
berbuah lagi kalo ditempat saya desa kundi, entah ini mungkin inilah salah satu
perubahan yang terlihat sekali, kalo dulu masyarakat desa berbondong-bondong
dari kecamatan mencari buah jeruk ke—kebun bapak saya. . . . hehe!! Malah
cerita kebun bapak saya. . . .
Kembali lagi keladang menugal ume yang dulu masyarakat desa
ini berbondong-bondong untuk menugal ume (menanam padi di ladang), jauh dari
desa bahkan sampai membuat rumah tingal sementara di tengah—tengah ladang,
sekarang tidak seperti itu lagi mungkin hampir—hampir sudah tidak ada lagi
hanya ada beberapa bagian keluarga saja, yang masih menanam padi di ladang itu
mungkin ditingalkan karena sudah diagab kuno sebagian orang berpikir instan tingal
beli saja beras . . .. mungkin juga kemalasan dari akibat kemajuan teknologi ke
desa sehingga anak—anak muda desa dan orang tua sudah sangat—sangat sulit
mengajak anak—anak mereka untuk bekerja seperti nugal ume (berladang), karena
diagab tidak modern lagi, semuanya ingin serba instan. Seperti anak—anak desa dan
orang tua mungkin sedikit terkejut
dengan kedatangan teknologi kedesa sehingga semuanya berubah sangat cepat dan
drastis, mustinya pemerintahan memasukkan teknologi ke-desa diiringi juga
dengan pembekalan-pembekalan untuk putra dan putri desa sehingga tidak
berubahnya sifat dan prilaku untuk menghargai dan menghormati yang lebih tua.
Ini ada beberapa buah poto yang sempat saya abadikan dengan
kamera poket punya teman saya bang budun . . .
Terlihat dari kanan berpakaian kebiru-biruan bang budun memakai
topi koboi (koboi insyaf kali hehe!!), yang paling depan ini Dono ehh!! Salah
Doni maksud saya pakaian agak gelap topinya TERINDAK dalam bahasa jerieng desa
kundi dan yang paling belakang itu Vian.
Selanjutnya . .. . ..
Nah!! Ini saya yang lagi gaya—gayaan kayak patung Sukarno di
kota mentok haha— maaf ya potonya gak ganteng soalnya tadi saya buru—buru gak sempat
dandan hhe!! kayak cewek aja kali yaa..... atau mau jadi artis poto model apa.
Gak kog cuma poto model untuk menunggu padi aja nanti kalo
dia sudah mengurai (mengurai itu sudah mengeluarkan buah) agar aman dari
burung—burung terutama emprit . . .
Vian lagi memenih padi, adalah memasukan biji—biji padi
kelobang yang sudah di tugal, di buat lobang sekitar 5cm kedalamannya kalo di
ukur dengan jari telunjuk setengahnya jari telunjuk orang dewasa di Asia (desa
kundi). Ladang itu harus melalui beberapa proses pertama kayu—kayu itu ditebang
dulu kemudian tentukan luasnya berapa! Dan kemudian di bakar habis itu langsung
dech!! rame—rame menugal benih padinya.
Ceritanya sampai disini dulu ya .. .
Terimakasih sudah singah . ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar